W.S Rendra

4:58:00 PM




W.S. Rendra yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir di SoloHindia Belanda7 November 1935 – meninggal di DepokJawa Barat6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada, dan dari perguruan tinggi itu pulalah dia menerima gelar Doktor Honoris Causa. Penyair yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak", ini, tahun 1967 mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater itu, Rendra melahirkan banyak seniman antara lain Sitok SrengengeRadhar Panca DahanaAdi Kurdi, dan lain-lain. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, ia memindahkan Bengkel Teater di Depok, Oktober 1985.

SAJAK ORANG MISKIN


Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan, yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan. Angin membawa bau baju mereka.

Rambut mereka melekat di bulan purnama. Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya. Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya. Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka, di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan, dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya, karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya, bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.

Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu. Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda. Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa. Orang-orang miskin di jalan masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan meraba-raba kaca jendelamu.

Mereka tak bisa kamu biarkan. Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian. Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang 
selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang. Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita, atau ke dada mereka sendiri.

O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi


SAJAK MATAHARI
Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku, menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !

Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi


You Might Also Like

0 bersenandung kritik

Like us on Dafont