Tahun yang Katanya Demokrasi

5:17:00 AM

Tahun yang Katanya Demokrasi

                Tahun demokrasi, itulah segelintir orang menyebut tahun ini, tahun pemilu atau pemilihan umum. siapa yang tidak tahu, 5 tahun sekali kita merayakan dan menyambut tahun seperti ini, tahun pemilihan presiden 5 tahun kedepan dan melilih caleg caleg yang sudah menggemborkan namanya agar dipilih. Tahun ini Indonesia akan memilih semua wakil rakyatnya untuk 5 tahun kedepan, 5 tahun kedepan kita akan di tentukan oleh pemilu ini, jika kita selektif memilih maka akan tenanglah jiwa dan raga, jika berbalik, maka jangan heran akan terjadi kesalahan mekanisme Dalam negeri ini, karena para wakilnya di plilih secara acak tak sesuai kelayakan !!
            Jika kita sadar di jalan jalan sudah mulai peperangan para calon wakil rakyat kita untuk mendapatkan simpatik warganya agar kelak di pilih, kali ini saya akan sedikit memberi tahu anda tentang itu, tanda tanda jika tahun pemilu datang :
1. Setahun sebelum pemilu berlangsung biasanya sudah muncul orang-orang yang bahasa gaulnya CAPER di halayak public, sering muncul di media dan gembor-gemborkan rencana atau aktivitas sosial yang ia lakukan saat itu. Dan setiap bicaranya agak menjurus ia mampu membenahi negeri ini dari apa yang terjadi, misal kasus korupsi, ia beranggapan bisa menyesaikan kasus kasus korupsi . apa lagi tahun ini setiap calon presidenya punya media tv masing masing, yang secara logika sangatlah muda memperkenalkan dirinya di setiap jam jam berranting tinggi, tugas kita hanyalah selektif dan tahu mananya janji asli dan palsu yang semakin sulit di bedakan !!

2. Setelah itu, mungkin yang paling biasa di tiap tahunya, apa lagi jika bukan poster, baliho atau famplet para CALEG yang terpampang di setiap sudut ruang public, entah ini cara lama bukan? cara yang menurut saya membuang dana malah menjurus pada merusak estetika kota, kota kotor atau terlihat kusam oleh ulah para kader kader partai atau simpatisan CALEG. Mungkin jika rakyat yang pintar ialah rakyat yang memilih para wakil yang tahu dan paham jika cara ini sama sekali tak menyentuh rakyatnya itu sendiri, jika kita bayangkan berapa dana mereka untuk print out banner, baliho atau stiker mungkin puluhan juta mereka gelontorkan untuk misi memperkenalkan mereka atau lebih jelasnya muka mereka(padahal dalam kertas pemilu nanti, foto tak di sertakan hanya nama si CALEG saja) siapa yang bodoh atau mereka punya misi lain, coba saja mereka putar cara jangan  cara yang sudah kusam ini, coba buat inovasi bukan menempel muka muka mereka di sana sini, jika saja uangnya di salurkan ke daerah dapil mereka dengan intrik inovasi dan membantu dapil mereka untuk maju dan ikut serta menampul aspirasi dapilnya mungkin lebih efisien dan mungkin dapat kena langsung dampaknya ke rakyat itu sendiri. Seharusnya para CALEG sadar cara yang saya sebut hanya judi ini sudah seharusnya di lupakan dan berinovasi lagi.

3. Jika kita amanti di sekitaran rumah baik di genteng atau halaman rumah, atau di jembatan atau di lapangan, pinggir jalan dimanapun tempat yang bisa di ikatkan bambu pastilah di situ berkibar bendera berbagai warna hijau, putih, kuning, merah atau pink semua lengkap dengan icon masig masing, dan nomor urut partai tersebut menghiasi setiap sejauh mata memandang tanda ini jelas sudah mendekati tahun atau bulan politik di Indonesia dan sangatlah jelas sangat mengotori ruang public dan timbul di benak saya siapa yang nantinya membersikan itu semua di ruang public nantinya ?

4. Semakin dekat hari pemilihan umum semakin gencar pula kerja CALEG untuk mendapatkan hati rakyatnya atau daerah pilihanya, tak sadar di setiap acara baik majelis, reunian, seminar atau arisan tak luput dari kunjungan para CALEG yang kian giat sambangi tempat itu, berawal kunjungan berakhir ajakan untuk memilih beliau untuk di pilih nantinya. Di momen inilah kerja para CALEG mulai bergerilya mencari simpatik dan sekuat tenaga untuk bisa menarik animo dapilnya segera tetap kan pilihan padanya.

5.  Nah ini yang semakin gawat, biasanya ada waktu untuk partai berkampaye di halayak publik, sayangnya dan anehnya, konon hiburan rakyat katanya, namun dangdut yang erotis malah jadi pilihan, boleh anda lihat di desa-desa setiap partai mengandeng biduan-biduan cantik untuk menghibur para kader dan pendukung partai tersebut, boleh boleh saja jika cara ini memang di sukai warganya, namun apakah dengan hal tersebut Negara kita akan maju apakah dengan hiburan yang seronok itu rakyat akan mengerti misi dan visi partai yang ia dukung ataukah mereka datang memang bertujuan melihat kemolekan tubuh tubuh gadis seksi saja !! pikirkan baik-baik !!, mengapa tak merubah cara dan berinovasi lebih baik, cerdaskan bangsa dengan cara berkampaye yang cerdas, juru kampanye seharusnya merubah cara ini, mengapa tak dilakukan pelatihan atau seminar walaupun cara ini akan minim peminat nantinya namun hal ini bisa cerdaskan bangsa, bukan tontonan erotis ataupun seronok yang di tampilkan.

6. Nah ini mungkin klimaks dari tahun Demokrasi, setelah pemilihan usai dan pemenang di ketahui, dimanakah yang kalah ?? yaap, di rumah sakit jiwa tepatnya, mereka para CALEG yang sudah menggelontorkan hartanya bahkan seluruh tabunganya dan kalah akan depresi dan stress, biasanya jauh jauh hari sudah di siapkan rumah sakit jiwa para CALEG karena setiap tahunya pasti ada hal yang demikian, miris memang dan memang sudah cara yang mereka lakukan salah, kalah pula dan berujung gila. Uang melayang harta terkuras anak istri terbengkalai, nah seharusnya jangalah mengandalkan uang untuk menarik simpatik dan berfikirlah berkali kali jika di suruh ikut menjadi CALEG, bukan hanya Uang yang di butuhkan tapi pemikiran dan kecerdasan, karena CALEG wakil rakyat, wakil rakyatnya bodoh bagaimana rakyatnya, kita berpangkuh padanya jika mereka tak bisa bagaimana mau di pilih, mari selektif dalam memilih nantinya, CALEG yang berkualitas mempunyai cara sendiri dalam menyampaikan visi misinya mungkin bukan memakai cara cara di atas, saya yakin di tumpukan orang munafik masih ada sesosok orang jujur yang bisa merubah negeri ini .

            Dari sekilas yang saya paparkan, mungkin ini versi saya. Semakin dekat pemilu negeri ini, tahunya demokrasi, presiden sampai ke calon DPRD akan di pilih di bilik suara nantinya, apakah yang berkompeten yang terpilih ataukan yang hanya memamerkan janji janji palsu yang naik ke kursi itu, saya yakin rakyat kita sudah dewasa dan tau siapa yang harus di pilih dan di abaikan. “ 5 menit di bilik suara menentukan 5 tahun kedepanya “ mungkin kata kata itu yang seharusnya kita teriakan jangan ada lagi golput atau tak memilih, pilihlah sesuai nurani dan pemikiran jangan mau di bodohi janji manis belaka !!!


Created : Docallisme feat Crayon Social Art

You Might Also Like

0 bersenandung kritik

Like us on Dafont